Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan - KangMasroer.Com

Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan


A.   Sekilas tentang Dunia Islam pada Abad Pertengahan
Dalam buku Ensiklopedi Islam, Jilid 2 (Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve) dijelaskan bahwa sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang). Topik bahasan dalam bab ini akan difokuskan pada perkembangan Islam pada periode pertengahan.
Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antarwilavah Islam, dan adanya kemajuan di bidang ilmu dan sains.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan tidak adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam, dan terpecahnya Islam menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :

1.     Kerajaan Ottoman di Turki
Kerajaan Ottoman didirikan dan diproklamasikan kemerdekaannya oleh Utsman I dari bangsa Turki Utsmani, setelah Sultan Alauddin dari Dinasti Saljuk meninggal dunia tahun 1300 M.
Utsman I dinobatkan sebagai raja (sultan) pertama dan kerajaan Ottoman, yang disusul dengan raia-raja berikutnya. Kerajaan Ottoman mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II (1451-1481 M). Sultan ini berjasa besar, karena telah menyebarluaskan Islam ke Benua Eropa, melalui penaklukan kota Benteng Konstantinopel ibukota Romawi Timur pada tahun 1453 M. Karena keberhasilan ini, kemudian Sultan Muhammad II mendapat julukan Al-Fatih yang artinya Sang Penakluk.
Kerajaan Ottoman mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Sulaeman I (1521-1566 M), yang bergelar Sulaeman Agung dan Sulaeman Al-Qanuni. Pada masa pemerintahannva kerajaan Ottoman memiliki wilavah kekuasaan yang cukup luas, yaitu : Afrika Utara, Mesir, Hedzjaz, Irak, Armenia, Asia kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania, sumpai ke batas Sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu Laut Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam.
Namun, setelah Sulaeman Agung meninggal dunia, kerajaan Ottoman Turki mengalami kemunduran sehingga satu demi satu wilayah kekuasaannya melepaskan diri.

Biografi Sulaiman Al-Qanuni
(6 November 1494 - 5 September 1566 M)
Sulaeman Al-Qanuni, yang disebut juga Sulaeman adalah putra pasangan Sultan Salim I (yang wafat pada tahun 1520 M) dan Aisya Sultan. Perkataan Al-Qanuni merupakan julukan yang diberikan oleh masyarakat Turki Utsmani kepada Sulaeman I, yang berarti “Si Pembuat Undang-Undang”.
Sulaeman Al-Qanuni, menjadi Sultan Ottoman Turki dari tahun 1520 M sampai dengan 1566 M. Beliau merupakan Sultan Turki Utsmani terbesar dan paling berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan. Keberhasilan-keberhasilan tersebut antara lain dalam hal :
o  Perluasan wilayah kekuasaan seperti berhasil menguasai Beograd, yang sekarang menjadi ibukota Serbia, Yugoslavia (dulu) pada tahun 1521 M; menguasai Budapest, ibukota Hongaria pada tahun 1524 M; menguasai Pulau Rhodos tahun 1522 M; merebut pangkalan angkatan laut di bagian tenggara Prancis yaitu kota Nicea, memperoleh kemenangan dalam berperang melawan Austria pada tahun 1531 M. Karena demikian kuat dan luasnya wilayah kekuasaan Sulaeman Al-Qanuni. orang-orang Eropa memberi julukan kepadanya dengan nama Solomon the Magnificent atau Solomon the Great (Sulaeman yang Agung).
o   Membangun armada laut pertama pada tahun 1534 M. yang diperkuat oleh admiral laut yang cakap Khairuddin Barbarossa. Armada laut ini dibentuk untuk menghadapi perlawanan pasukan Kaisar Karel V dari Spanyol.
o   Mendirikan Universitas As-Sulaemaniyyah pada tahun 1550, membangun istana, hotel, rumah sakit, lembaga pendidikan Al-Qur’an, dan masjid. Sedangkan arsitekturnya bernama Sinan.
o    Menulis salinan Al-Qur’an dengan tangannya sendiri, yang kini disimpan dengan baik di Masjid Agung Sulaeman yang dibangun tahun 1550-1556 M.

2.     Kerajaan Mogul di India
Peranan umat Islam India dalam penyebarluasan agama Islam dapat dilihat dalam empat periode, yaitu periode sebelum kerajaan Mogul (705-1526 M). periode Mogul (1526-1858 M). periode masa penjajahan lnggris (1858-1947 M), dan periode negara India Sekuler (1947-sekarang).
Kerajaan Mogul didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, keturunan Jengiz Khan bangsa Mongol, pada tahun 1526 M. Kerajaan Mogul berpusat di Delhi (India).
Kerajaan Mogul diperintah secara silih berganti oleh 15 orang raja (sultan). Sultan pertama Kerajaan Mogul bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M) dan sultan terakhirny brnarna Sultan Bahadur Syh II (1837-1858 M). Kerajaan Mogul mencapai puncak kejayaannva tatkala diperintah oleh Akbar Syah I (1556-1605 M), Jahangir atau Nuruddin Muhammad Jahangir (1605-1627 M), Syah Jihan (1627-1658 M), dan Aurangzeh atau Alamgir I (1658-1707 M).
Wilayah kejuasaan Mogul meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad. Ajmer, Guzarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmad Nagar, Ousra. Kashmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan Trichinopoli.

3.     Kerajaan Safawi di Persia (sekarang Iran)
Umat Islam menguasai Persia sejak tahun 641 M. Setelah itu, bangsa Persia yang semula beragama Zoroaster berbondong-bondong masuk Islam. Dinasti atau kerajaan Islam silih berganti memerintah Persia, sampai dengan bangsa Mongol merebutnya pada abad ke-12 M. Selama tiga abad bangsa Mongol menguasai Persia, hingga pada tahun 1501 M muncul dinasti baru, yaitu dinasti atau Kerajaau Safawi.
Kerajaan Safawi didirikan oleh Syah Ismail Syafawi (Ismail I) pada tahun 907 H (1501 M) di Tabriz. Beliau berkuasa pada tahun 1501 M-1524 M, yang wilayah kekuasaannya di sebelah barat berbatasan dengan kerajaan Utsmani (Ottoman) di Turki dan di sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Islam Mogul di lndia.. Kerajaan Safawi Mogul dan Turki Utsmani merupakan tiga kerajaan besar pada ahad pertengahan.
Setelah pemerintahan Syah Ismail Safawi berakhir, silih berganti sultan- sultan Dinasti Safawi melanjutkan pemerintahannya hingga sebanyak 17 sultan. Sultan terakhir Kerajaan Safawi bernama Sultan Muhammad.
Kerajaan Safawi mencapai puncak kejayaannya tatkala diperintah oleh Syah Abbas (1585 - 1628 M). Beliau berjasa mempersatukan seluruh Persia, mengusir Portugis dan kepulauan Hormuz, dan nama pelabuhan Gumran diubah menjadi Bandar Abbas (sampai sekarang). Syah Abbas juga memindahkan ibukota kerajaan dari Qizwan ke Isfahan.
Setelah pemerintahan Syah Abbas berakhir dan digantikan oleh sultan- sultan berikutnya, kedudukan Kerajaan Safawi menjadi lemah. Kelemahan Kerajaan Safawi ini antara lain disebabkan adanya perebutan kekuasaan.
Selanjutnya Persia diperintah oleh Dinasti Zand (1759-1794), Dinasti Qajar (1794-1925), Dinasti Pahlevi (1925-1979). Kemudian sejak tanggal 11 Februari 1979 melalui revolusi Islam yang dipimpin oleh ulama terkenal Ayatullah Komeini (1900-1989 M), sistem kerajaan yang telah ribuan tahun berkuasa. dihapus dan diganti dengan sistem republik (demokrasi) dengan nama “Jumhuri-ye Eslami-ye Iran” (Republik Islam Iran) dan dengan presiden pertamanva Abalhassan Bani Sadr.
Pada waktu kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilavah dan benua Asia dan Afrika berada dalam keadaan lemah, sebaliknya di wilavah Eropa justru dalam keadaan kuat. Keadaan bangsa Eropa seperti Spanyol, Prancis, Portugis, Inggris, dan Belanda berada dalam keadaan kuat dan maju, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
Salah satu penyebab bangsa Eropa kuat dan maju adalah pengaruh dari dunia Islam. Pada awalnya bangsa Eropa mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dari umat Islam pada periode klasik (periode kejayaan dan keemasan umat Islam) seperti ilmu kedokteran, ilmu sejarah, ilmu pertambangan, dan ilmu kimia. Ilmu-ilmu tersebut kemudian mereka dalami dan kembangkan sendiri, sehingga setahap demi setahap mereka berhasil memperoleh kemajuan dan kekuatan serta berhasil melaksanakan revolusi di bidang industri.
Selanjutnya, bangsa Eropa berusaha menjajah negara-negara lemah. khususnya kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam yang ada di wilayah benua Asia dan Afrika. Mereka melakukan penjajahan untuk mencapai tiga tujuan yaitu:
Þ     Gold yang maksudnya agar memperoleh keuntungan besar, khususnya di bidang perdagangan bangsa Eropa, membeli bahan-bahan industri dari wilayah jajahannya dengan harga murah, kemudian menjual hasil industrinya ke wilayah jajahannya dengan harga mahal.
Þ     Glory yang maksudnya untuk mencapai kejayaan di bidang kekuasaan.
Þ     Gospel yang artinya usaha menyebarluaskan agama Kristen.
Agar meraih keuntungan besar, bangsa Eropa melakukan usaha monopoli di bidang perdagangan, antara lain dengan cara merebut dan menguasai pusat-pusat perdagangan yang semula dikuasai umat Islam. Pusat-pusat perdaganga itu misalnya :
Ø  Kota Goa di pantai barat India direbut pada tahun 1510 M dan dijadikannya benteng pangkalan, untuk menyaingi perdagangan umat Islam dengan Afrika Timur.
Ø  Pelabuhan Malaka pada tahun 1511 M dikuasai dan dijadikan sebagai benteng pangkalan untuk menyaingi perdagangan umat Islam di luar Indonesia dengan Indonesia.
Akhirnya, setelah bangsa Eropa bertambah kuat, sedangkan kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam semakin lemah terutama di bidang ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan, maka kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilayah Asia-Afrika dijadikan negara jajahan oleh bangsa Eropa. Negara-negara jajahan itu antara lain :
Negara yang Dijajah
Negara Penjajah
Mesir, Jazirah Arab, Yaman, Afganistan, dan India 
Inggris
Maroko, Aijazair, Tunisia, Libia,
Libanon, dan Suriah   
Prancis
Mindanao, (Philipina Selatan)
Spanyol
Malaka (Malaysia)     
Mula-mula dijajah oleh Portugal (1511-1641), Belanda
(1641-1795), dan lnggris
(1795-1957)
Indonesia        
Belanda dan Jepang
Kaukasia, Armenia, Tajikistan, Kazachtan, Azerbaizan, Usbekistan, Bukhara, dan Samarkand
Rusia

Akibat buruk dari penjajahan bangsa Eropa terhadap kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam benmacam-macam, antara lain umat Islam mengalami kemunduran dan keterbelakangan di bidang politik, ilmu pengetahuan, perekonomian, dan kebudayaan.

B.   Perkembangan Ajaran Islam pada Abad Pertengahan
Ajaran Islam mengalami perkemhangan pada abad pertengahan walaupun perkemhangannya tidak sepesat pada periode klasik.
Di India Kerajaan Mogul telah melaksanakan berbagai usaha dakwah pendidikan Islam antara lain dengan membangun masjid-masjid dan madrasah-madrasah. Pada madrasah-madrasah tersebut diajarkan ilmu tafsir, ilmu hadis dan ilmu fikih yang merupakan mata pelajaran pokok.
Sekelompok ulama India telah menyusun sebuah kitab yang berjudul Al-Fatawa Al-Hindiyyah berisi tentang kumpulan fatwa Mazhab Hanafi dan dicetak dalam empat jilid besar. Kitab ini disusun atas permintaan penguasa kerajaan Mogul yakni Sultan Abu Al-Muzaffar Muhyiddin Aurangzeb (Alamgir 1: 1658-1707 M), sehingga kitab ini dikenal dengan sebutan Al-Fatawa Al-Alamgariyah.
Di Mesir ketika Dinasti Mamluk berkuasa (1250-1517 M) telah muncul beberapa ulama besar antara lain Ibnu Hajar Al-Asqalani (1372-1449 M dan Ibnu Khaldun (1332-1406 M). Ibnu Hajar Al-Asqalani, selain sebagai ulama besar, beliau juga sebagai dosen, guru besar, pimpinan akademi (madrasah), hakim, mufti (pemberi fatwa), khatib, dan penulis. Di antara buku hasil karyanya berjudul Fath Al-Bari fi Syarh Al-Bukhari (Ulasan tentang Hadis-Hadis Riwayat Al-Bukhari yang terdiri dari 13 jilid) dan Bulug Al-Maram Min Adillah Al-Ahkam (Kumpulan Hadis Hukum dan sudah diterjemahkan ke dalarn bahasa 1ndonesia). Adapun lbnu Khaldun, terkenal sebagai sejarawan dan “Bapak Sosiologi Islam.” Kitab karangannva yang terkenal adalah Al-Ibar (Sejarah Umum, terdiri dari 7 jilid).
Perlu pula diketahui ulama-ulama besar lainnva yang hidup pada abad pertengahan seperti :
Þ Jalaluddin Al-Mahalli (Mesir 791-964 H) dan Jalaluddin As-Suyuti (849 H-91 I H) mengarang Kitab Tafsir Jalalain yang terdiri dari dua jilid. Kitab ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Þ   Ibnu Kasir (Bosyra 700 H/ 1300 M - Damaskus 774 H/1373 M) mengarang Tafsir Al-Qur’an Al-Azim yang terdiri dari empat jilid. Kitab ini sudah diterjemahkan ke dalarn bahasa Indonesia.
Þ   Imam An-Nawawi (Damaskus 631 H/1233 M-676 H/1277 M) mengarang Kitab Hadis “Riyad as-Salihin”. Kitab ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Imam Nawawi (wafat 1277 M) menyusun kitab fIkih Mazhab Syafi’i dengan judul Minhaj At-Talibin.

C.   Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan di beberapa wilayah kekuasaan Islam. ilmu pengetahuan mengalami perkembangan walaupun tidak lebih maju daripada masa jayanya Daulah Abbasiyah dan tidak mampu menyaingi kemajuan bangsa Eropa.
Di India pada masa pemerintahan kerajaan Mogul telah dibangun sekolah- sekolah, yang di dalamnya diajarkan ilmu pengetahuan umum, seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik, dan matematika. Tatkala Sultan Syah Jehan dan Aurangzeb memerintah telah dibangun sekolah-sekolah tinggi, selain pusat pengajaran di Sueknon. Selain itu, pada tahun 1641 M perpustakaan di Agra telah memiliki 24.000 judul buku dalam berbagai disiplin ilmu.
Di Mesir tatkala diperintah oleh Dinasti Mamluk (1250-1517 M) telah muncul para cendekiawan Muslim seperti :
Ø Ibnu Abi Usaibiah penulis buku “Uyun Al-Anba fi Tabaqat Al-Atibba” (penyampai informasi dalam tingkatan para dokter).
Ø Abu Al-Fida, Ibnu Tagri Badri Atabaki, dan Al-Maqrizi, terkenal sebagai penulis sejarah kedokteran.
Ø Abu Hasan Mi Nafis (wafat 1288 M) kepala rumah sakit Kairo yang menemukan susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, tiga abad lebih dulu dari Servetus (orang Portugis).
Ø Nasirudin At-Tusi (1201-1274 M) seorang ahli observatorium dan Abu Faraj Tabari (1226-1286) seorang ahli matematika.

Selain itu, ada seorang cendekiawan Muslim yang ahli dalam ilmu geografi yang bernama Ibnu Batutah (703-779 H) dan juga pengembara Muslim yang telah berkeliling dunia serta pernah singgah sebanyak dua kali di Samudera Pasai (Aceh). Beliau telah menyusun buku yang berjudul Rihlah Ibnu Batutah, berisi tentang perjalanan Ibnu Batutah dalam berkeliling dunia. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berpuluh-puluh bahasa dunia.
Perlu pula diketahui bahwa pada awal abad pertengahan ini telah pula disusun Kitab Mausu’at, yaitu buku yang sangat tebal, berisi tentang kumpulan berbagai ilmu pengetahuan, yang pada masa sekarang disebut ensiklopedi. Di antara cendekiawan Muslim yang menyusun Mausu‘at adalah An-Nuwairy (wafat : 722 H), Ibnu Fadlullah (700-748 H), dan Jalaluddin As-Suyuti (849-911 H). Setelah kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilayah dan benua Asia dan Afrika mengalami kemunduran di bidang politik dan ekonomi, akibat dijajah oleh bangsa Eropa, umat Islam tidak mampu lagi untuk menumbuh- kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

D.   Perkembangan Kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan
1.    Arsitektur
Kata arsitektur berasal dan bahasa Yunani yaitu architektur yang berasal dari dua suku kata yakni arche dan tektoo. Arche berarti asli, awal, dan otentik. Tektoo bermakna berdiri stabil dan kokoh.
Arsitektur Islam adalah ilmu sekaligus seni merancang bangunan ataupun strukrur lain yang fungsional dan dirancang berdasarkan kaidah estetika Islam yang bertolak dari pengakuan akan keesaan Allah SWT. Arsitektur Islam itu terdapat antara lain pada bangunan masjid, istana, dan makam/pekuburan.
Di Persia (sekarang Iran) pada masa keemasan Dinasti Safawi di kota Isfahan telah dibangun Masjid Syah (sekarang Masjid Imam), Masjid Syah Lutfullah, Istana Cehil Sutun (bahasa Persia: empat puluh tiang), jembatan Khaju, dan menara-menara goyang. Mengingat indah dan megahnya kota Isfahan, orang-orang Persia (Iran) menyebutnya dengan ungkapan Isfahan Nisfe Jahan (Isfahan kota setengah dunia).
Selain itu, di kota Masyhad (ibukota propinsi Khurasan) terdapat makam Imam Ali Ar-Rida (orang Iran biasa menyebut Imam Reza, Imam ke-8 dalam akidah Syi’ah dua belas Imam). Tidak jauh dari makam Imam Ali Ar-Rida terdapat masjid Imam Reza yang luas megah dan indah dengan arsitekur Islam yang berkualitas tinggi. Kubah masjid ini dihiasi dengan ratusan kilogram emas murni. sehingga menambah kemegahan dan keindahan masjid. Juga di kota tua Qum (150 km dan Teheran) terdapat makam Hazrat Fatimah Ma’sumah saudara kandung Imam Ali Ar-Rida. Kedua makam tersebut tidak pernah sepi dari para peziarah, baik dari wilayah Persia maupun negara tetangga seperti Afganistan, Pakistan, dan Irak.

Di India pada masa Kerajaan Mogul telah didirikan bangunan-bangunan yang megah dan indah dengan arsitektur yang mengagumkan. Bangunan-bangunan itu seperti istana megah di Delhi dan Lahore, Masjid Jami di Aunfur (dibangun antara tahun 1438-1478 M, meniru bangunan Dinasti Timurid), Benteng Merah, Char Minar (empat menara) yang dibangun tahun 1591 M, di Hyderabad, India (corak Islam dan Hindu tampak pada bangunan ini) dan bangunan-bangunan makam yang memukau. Termasuk bangunan makam yang menakjubkan dan termasuk salah satu keajaiban dunia ialah Taj Mahal. Pada bangunan makam ini disemayamkan Mumtaz Mahal istri Syah Jehan. Taj Mahal ini terletak di pinggir Sungai Jamuna di Agra dan dibangun oleh Syah Jehan selama dua belas tahun (1631-1643). Untuk melaksanakan pembangunan gedung Sultan Syah Jehan mendatangkan arsitek-arsitek dari Iran, Arab, dan Turki. Sedangkan yang menyiapkan gambar rancangan gedung ini dan sekaligus pengawas dalam pelaksanaan pembangunannya adalah Ustad Isa Irani.
Di Turki pada masa keemasan pemerintahan kerajaan Utsman, telah dibangun masjid-masjid dengan gaya arsitektur tinggi dan menawan hati. Masjid-masjid itu seperti Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaeman (pada masa itu merupakan masjid terindah di Turki), Masjid Bayazid, Masjid Abu Ayub Al-Ansari yang terletak di sebelah Masjid Aya Sopia. Masjid-masjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi, sehingga menambah keindahan, kemegahan, dan keagungan-Nya.
Masjid Aya Sopia dulunya merupakan sebuah gereja. Kemudian bangunan itu dirombak statusnya menjadi sebuah masjid melalui renovasi dan gambar-gambar makhluk hidup di dindingnya diganti dengan kaligrafi yang menyejukkan hati.
Selain bangunan-bangunan masjid, di Turki telah dibangun pula gedung gedung madrasah, rumah sakit, jembatan, saluran air, tempat peristirahatan, makam, dan pemandian umum. Sedangkan untuk melaksanakan pembangunannya ditangani oleh arsitek terkenal pada masa itu yakni Sinan Pasya.
Di Indonesia pada abad pertengahan telah didirikari bangunan-bangunan bergaya arsitektur Islam yakni masjid, istana, dan makam.
Masjid-masjid yang dibangun pada waktu itu, seperti Masjid Agung Demak (tahun 1506 M), Masjid Agung Banten yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 M), Masjid Agung Kudus (1549 M), Masjid Agung Cirebon (1480 M), Masjid Sultan Abdurrahman di Pontianak Kalimantan Barat (dibangun pada abad ke-18 M), dan Masjid Agung Keraton Buton di Bau Bau Sulawesi Tenggara (tahun 1712 M).

2.    Seni Sastra
Seni sastra sebagai bagian dan kebudayaan terdapat pula di berbagai wilayah kerajaan dan wilayah Islam seperti: Turki, Persia, Irak, India, bahkan Indonesia.
Sastrawan-sastrawan Muslim yang hidup di abad pertengahan antara lain :
q  Fariduddin Al-Attär (1119-1230 M)
Beliau lahir di Nisabur, timur laut Persia. Semasa mudanya beliau mengembara ke berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hejaz, India, dan Asia Tengah. Kemudian ia kembali ke tempat kelahirannya dan menetap di sana. Beliau menulis puisi dan menyusun petuah-petuah sufi selama 39 tahun. Karya Fariduddin Al-Attar yang sangat terkenal adalah Mantiq At Tair (Musyawarah Burung) sebuah sajak alegori yang mengisahkan pengalaman religius kaum sufi. Buku Mantiq At-Tair ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh J.H. Garcin de Tassy dengan judul Mantiq Uttair, Le Lanage Des Oiseau (tahun 1863 M). Juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Conference of the Birds (1955).
Buku karya Fariduddin Al-Attar lainnya adalah Tazkiratul Auliya. Buku ini disusun dalam bentuk prosa dengan maksud mengenang para sufi pendahulunya (buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku yang lainnya berjudul Pend Namah (Kitab Nasihat) dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis.

q  Jalaluddin Ar-Rumi (1207-1273 M)
Jalaluddin Ar-Rumi lahir di Afganistan pada 1207 M dan wafat di Turki tahun 1273 M. Ia adalah keturunan sahabat Abu Bakar As-Siddiq r.a. Ia seorang penyair sufi terbesar pada masanya, yang mendapat gelar Maulana (Tuan Kami). Karya tulis Jalaluddin Ar-Rumi antara lain :
      O   Diwan Syams-i Tabriz, merupakan kumpulan puisi terdiri atas 33.000 bait, yang kesemuanya dalam bentuk gazal sufi.
          O   Masnawi, terdiri dari 6 jilid berisi 26.660 bait yang berisi ”Akar-akar agama dan penemuan kegaiban-kegaiban alam dan pengetahuan ketuhanan” dan buku ini diselesaikan dalam waktu 10 tahun. Buku ini sudah diterjemahkan dan diberi komentar oleh Renold Alleyne Nicholson selama 25 tahun (1925-1950 M).

q  Sa’adi Syiraz (wafat di Syiraz antara tahun 1291 dan 1295 M)
Sa’adi Syiraz seorang sastrawan Persia yang karya tulisnya berjudul Bustan (Kebun Buah) dan Gulistan (Kebun Bunga). Gulistan ditulis dalam bentuk prosa dan berisi kisah-kisah, kata-kata mutiara, nasihat, renungan pribadi yang berisi selingan puisi berisi anekdot, humor dan nasihat. Bustan (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia) berisi kisah-kisah yang indah dan melukiskan nilai-nilai luhur Islam yakni kebenaran, keadilan, kerendahan hati, dan kebebasan. Dalam karya ini Sa’adi menampilkan dirinya sebagai penyair, guru, dan sekaligus sebagai moralis.

q  Fuzuli (wafat sekitar tahun 1556 M)
Fuzuli termasuk penyair terkenal dalam sejarah sastra Islam. Salah satu karyanya yang terkenal berbentuk puisi yang berjudul Shikeyetname (Pengaduan). Fuzuli bertempat tinggal di Irak.

Keadaan seni sastra di Indonesia pada abad pertengahan dapat diketahui dengan munculnya para sastrawan Muslim, seperti di Sumatera: Hamzah Fansuri (akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17), Syamsudin Pasai (1630 M), dan Nuruddin Ar-Raniri (wafat 1658 M). Di Jawa seperti Sunan Kalijaga (wafat akhir abad ke-16), Ki Ageng Selo, Sunan Panggung, dan Sunan Bonang. Karya-karya mereka pada umumnya berisi nasihat-nasihat agama.
Perhatikan karya Sunan Bonang berikut :
“Jangan terlalu jauh mencari keindahan. Keindahan berada di dalam diri seluruh jagad raya terbentang dalam dirimu. Jadikan dirimu cinta (isyq). Maka kau akan dapat memahami dunia.”
Selain seni bangunan (arsitektur) dan seni sastra pada abad pertengahan, masih juga terdapat di beberapa wilayah Islam berbagai macam seni lainnya, seperti seni musik, seni suara, seni lukis, seni pahat, seni tari, dan seni kaligrafi.

0 Tanggapan untuk "Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel