Islam di Australia - KangMasroer.Com

Islam di Australia

Masuknya Islam ke Australia dimulai dari interaksi nelayan yang berasal dari Sulawesi Selatan (Indonesia) dengan penduduk asli di bagian utara Australia (Aborigin) sekitar tahun 1750. Tidak banyak muslim yang tinggal di Australia saat itu, sampai pada sekitar tahun 1860 serombongan penggembala onta berasal dari Afganistan datang ke Australia.
Masjid-di-Melbourne-Australia
Masjid Melbourne Australia
SAAT INI jumlah muslim di Australia, berdasarkan sensus dari Australian Bureau of Statistics (ABS) tahun 2001, mencapai 281.578 orang, atau 1,5 % dari populasi jumlah penduduk Australia. Sedangkan menurut estimasi dari salah satu lembaga Islam di New South Wales (NSW) mencapai 300.000 orang.
Dalam melakukan aktifitas ibadah, muslim di Australia mempunyai sekitar 85 masjid dan 50 mushola. Disamping itu di beberapa daerah yang jauh dari masjid, beberapa muslim berinisiatif menyewa gedung (misalnya gedung pusat kegiatan komunitas) untuk dijadikan tempat sholat Jum’at.
Secara individual biasanya muslim mempunyai masalah dalam melakukan aktifitas ibadah sholat pada saat hari kerja, yang paling banyak mengalami masalah adalah pada saat pelaksanaan shalat Jum’at. Apabila menghadapi masalah sulitnya melaksanakan sholat Jum’at, muslim yang taat memilih keluar dari tempat kerja atau mengorganisir beberapa muslim yang berdekatan tempat kerjanya untuk melaksanakan sholat Jum’at. Sedangkan muslim yang kurang taat memilih meninggalkan sholat Jum’at.
Kegiatan keagamaan di Australia cukup semarak. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya majelis taklim atau kelompok-kelompok pengajian yang ada. Bahkan beberapa gerakan Islam cukup aktif terlihat melakukan berbagai aktifitas.
Tidak lama setelah terjadi peristiwa meledaknya bom di London 7 Juli 2005, pemerintahan Negara Barat segera melakukan kampanye terus-menerus untuk memberlakukan undang-undang khusus bagi umat Islam yang tinggal di Negara Barat.
Mereka mencoba membentuk opini menyesatkan kepada masyarakat, bahwa undang-undang baru tersebut dimaksudkan untuk melindungi dan memerangi bahaya serangan terorisme di negara mereka. Tetapi tidak bisa dielakkan, agenda tersembunyi dari kampanye tersebut, yaitu membidik serta melemahkan Islam di Negara Barat segera terlihat nyata.
Strategi dan agenda tersembunyi yang ditunjukkan oleh Pemerintahan Negara Barat mempunyai banyak kesamaan. Propaganda yang dimulai dengan alasan yang dicari-cari untuk memerangi terorisme, segera diperluas untuk memerangi apa yang mereka sebut dengan ide radikal dan ekstrim. Strategi ini ditargetkan untuk memecah belah muslim dengan memberi predikat muslim moderat dan muslim radikal/ekstrim.
masjid-baitul-huda-Sydney-Australia
masjid baitul huda Sydney Australia
Di Australia target juga diarahkan ke sekolah-sekolah muslim, dimana pemerintah akan meninjau kembali kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah tersebut. Rencana ini segera mendapat reaksi keras dari sekolah-sekolah muslim. Karena kurikulum yang diajarkan saat ini tidak beda jauh dengan yang diajarkan di sekolah-sekolah lainnya. Bahkan banyak murid dari sekolah-sekolah muslim tersebut yang mempunyai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah lainnya.
Pemerintah juga mengusulkan agar di sekolah-sekolah muslim lebih banyak diajarkan nilai-nilai kemasyarakatan Australia, seperti toleransi, tanggung jawab dan sebagainya. Sedangkan di masjid-masjid, pemerintah mengusulkan agar para Imam masjid diberi pengarahan, apa yang seharusnya boleh mereka ceramahkan.
Tidak hanya sampai di situ. Anggota parlemen dari partai Liberal Bronwyn Bishop mengusulkan agar melarang pemakaian jilbab di sekolah-sekolah umum, karena jilbab dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kemasyarakatan Australia tentang persamaan dan menyebabkan perpecahan di sekolah-sekolah.
Usulan ini mendapat tantangan keras baik dari muslim maupun non muslim. Sebagian besar yang menentang usulan itu mengatakan bahwa tidak ada bukti pemakaian jilbab di sekolah-sekolah menyebabkan perpecahan dan persamaan hak.
Kerry Cullen salah satu kepala sekolah menengah umum tingkat atas (SMTA) di Sydney mengatakan, bahwa di sekolahnya hanya ada satu orang yang menggunakan jilbab merah kecoklatan. Warna tersebut sesuai dengan seragam sekolahnya. Dan itu bukan suatu masalah di lingkungan sekolahnya. Tidak pernah ada laporan negatif dari guru-guru atau murid-murid yang disebabkan oleh pemakaian jilbab. Kepala sekolah lainnya mengatakan bahwa tidak pernah melihat adanya perpecahan yang disebabkan oleh pemakaian jilbab, “Kami melihatnya sebagai sebuah keragaman budaya,” katanya.
Secara umum hubungan muslim dan non muslim di Australia cukup baik, terutama sebelum terjadi peristiwa 11 September. Tetapi setelah peristiwa 11 September, bom bali, kemudian disusul bom London, banyak muslim yang mendapat perlakuan kurang menyenangkan, baik oleh masyarakat umum maupun oleh pemerintah dan media massa. Namun demikian hubungan personal antara muslim dan non muslim masih cukup baik, meskipun terkadang sebutan teroris –baik dalam nada bercanda maupun serius– sering dilontarkan non muslim kepada muslim.
Organisasi Islam di Australia:
1) Australian Federation of Islamic Councils (AFIC) adalah himpunan dewan-dewan Islam Australia berpusat di Sydney
2) Federation of Islamic Societies adalah Himpunan masyarakat muslim, terdiri atas 35 organisasi masyarakat muslim lokal dan 9 dewan Islam negara-negara bagian.
3) Moslem Student Asociation adalah himpunan mahasiswa muslim yang menerbitkan majalah “Al-Manaar” berbahasa Arab, Australia dan Mimaret (berbahasa Inggris)
4) Moslem Women’s Center (pusat wanita Islam) yang bertujuan memberikan pelajaran keislaman dan pelajaran bahasa Inggris bagi kaum muslimin yang baru datang ke Australia sedang bahasa Inggrisnya kurang lancar.

2 Tanggapan untuk "Islam di Australia"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel