BI Netifest 2020: Seru dan Tak Terlupakan - KangMasroer.Com

BI Netifest 2020: Seru dan Tak Terlupakan


Selamat kamu terpilih menjadi 175 orang finalis Video dan Blog Competition yang diadakan oleh Bank Indonesia. Bagi seluruh finalis mohon mengirimkan foto masing-masing diri ke Email blablabla...

Sejak menerima email yang dilampiri dengan undangan acara BI Netifest 2020 itu, hati saya terasa gundah gulana. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Galau, antara mau berangkat ke Jakarta atau tidak. Di satu sisi, saya memang pingin banget berjumpa dengan temen-temen blogger. Namun di sisi lain ada kegalauan tersendiri di dalam hati. Pasalnya, acara tersebut ternyata akan digelar tanggal 16-17 Januari 2020. Harinya, Kamis hingga Jumat. Jelas, di kedua hari itu saya tidak libur.

Maklum saja, saya hanya seorang buruh negara yang harus patuh pada aturan, dan juga atasan. Lebih-lebih, sejak pengelolaan SMA diambil alih oleh pemerintah provinsi. Segala sesuatunya terasa semakin ketat, bak pakaiannya para penyanyi dangdut di panggung-panggung hiburan. Nyaris tak ada hari libur, kecuali sabtu-minggu, hari libur nasional, cuti ibadah, cuti sakit dan cuti akhir semester.

Belum selesai kegalauan di hati, tiba-tiba nomor WhatsApp saya dimasukkan ke dalam sebuah grup. Rupanya, itu adalah grup yang dibuat oleh panitia untuk memudahkan koordinasi dengan ke-35 finalis terbaik kategori blog.

Iseng-iseng, saya pun mengecek daftar anggotanya. Ternyata, sebagian besar namanya sudah familiar. Entah itu karena tergabung di WAG blogger, temen di media sosial, ataupun karena pernah ikut dalam lomba blog yang sama. Bahkan, ada satu nama yang saya pernah bertemu sebelumnya, yaitu seorang teman blogger dari Depok yang rajin update di blog miliknya, www.blogmashendra.com. (Saya kasih backlink gratis, Mas. DA blog ini lumayan lho! Spam score-nya juga kecil, hehehee...)

Keesokan harinya, sebagaimana yang diminta panitia, 28 dari 35 finalis sudah mulai menyetorkan data dirinya. Dan, saya pun ikut-ikutan setor data diri. Meskipun, sebenarnya saat itu masih ada kegalauan di hati: antara berangkat atau tidak? Pingin berangkat kok ya nggak libur. Mau nggak berangkat kok ya eman-eman.

Kegalauan itu akhirnya saya putuskan lima hari kemudian, saat salah satu panitia menanyakan perihal bisa tidaknya saya hadir di acara BI Netifest 2020. Setelah mikir beberapa hari, dengan mantap saya pun mengiyakan. Dan di sore harinya, tiket pesawat Yogyakarta-Jakarta pp dikirimkan oleh panitia. Berangkatnya dijadwalkan hari Rabu jam 19.55 WIB, sedangkan pulangnya hari Sabtu jam 12.00 WIB.

“Lha, pekerjaannya gimana, Kang Mas?” tanya istri saya ketika itu. Selama beberapa hari sebelumnya, saya memang terus-terusan meminta pendapat kepada ibunya Zizi (nama anak saya) tentang kegalauan menuju acara BI Netifest 2020 itu.

“Tenang, Diajeng.. Soal jam mengajar, nanti saya akan menyiapkan tugas untuk anak-anak yang kebetulan mendapat jadwal pelajaran saya di hari Kamis dan Jumat,” jawab saya meyakinkan. (Percakapan ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa ya? Hehe..)

Selasa sore—sehari sebelum keberangkatan, saya menyempatkan menelepon Simbok—panggilan saya kepada Ibu—di kampung. Setelah menceritakan hal-ihwal kenapa saya akan pergi ke Jakarta, saya pun meminta doa restu agar saya diberikan keselamatan selama perjalanan. Ritual menelepon dan minta doa restu ini memang selalu saya lakukan ketika saya akan menghadapi hal-hal krusial, termasuk saat akan menempuh perjalanan jarak jauh sebagaimana mengikuti BI Netifest 2020 di Jakarta kala itu.

Road to BI Netifest 2020

Hari Rabu pagi, saya masih berangkat kerja seperti biasa. Seharusnya, hari itu saya mengajar 9 jam pelajaran di 3 kelas, pulang jam 15.30 WIB. Namun, setelah ada informasi dari maskapai bahwa penerbangan jam 19.55 WIB diajukan menjadi jam 15.40 WIB, saya memutuskan untuk pulang lebih awal. Kelas di jam terakhir saya beri tugas, kemudian saya bergegas pulang dan mulai menyiapkan apa-apa yang harus saya bawa ke ibukota. Setelah siap, saya pun pamit kepada Zizi dan ibunya.

“Bapak ke Jakarta dulu ya, Nak. Baik-baik di rumah.” Setelah saya mencium kedua pipinya, saya segera memacu si kuda besi menuju bandara Adi Sucipto Yogyakarta, untuk kemudian terbang ke Jakarta bersama Mas Andy, seorang blogger Yogya yang juga menjadi finalis kategori lomba blog.

Perjalanan menggunakan pesawat ke Jakarta ini merupakan perjalanan saya untuk ketiga kalinya. Sebelumnya, saya melakukannya di awal tahun 2017 silam, saat saya mengikuti kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan swasta besar di Indonesia. Yang kedua, pada November 2019 yang lalu saat saya mengikuti lomba blog yang digelar oleh sebuah kementerian. Dan perjalanan ke Jakarta kali ini, adalah perjalanan sebagai finalis blog competition yang digelar oleh BI dalam rangka Festival Edukasi Bank Indonesia 2019 (FesKaBI 2019).


Sekadar informasi, FesKaBI 2019 merupakan kegiatan edukasi bagi para milenial tentang fungsi dan kebijakan Bank Indonesia. Rangkaian kegiatan ini dibuka di Universitas Sebelas Maret, Solo pada 9 Oktober 2019, dilanjutkan di Universitas Lampung pada 29 Oktober 2019 dan Manado pada 4 November 2019. Gelaran FesKaBI 2019 juga menjadi upaya BI untuk mengenalkan Quick Response (QR) Code Indonesia Standard (QRIS) kepada masyarakat luas.

Dalam rangkaian kegiatan FesKaBI 2019, Bank Indonesia juga menggelar kompetisi video dan blog. Tema yang diangkatnya adalah tentang Transaksi Lancar Pakai QR Standar, Usaha Lancar Pakai QR Standar, dan QR Pembayaran Digital ala Milenial. Tak mau ketinggalan, saya sendiri mengikuti kompetisi blog dengan memilih tema QR Pembayaran Digital ala Milenial. Artikel yang saya ikut sertakan dalam kompetisi tersebut bisa dibaca di Berkat QRIS, Gaya Hidup Generasi Milenial pun Jadi Semakin Praktis.

Secara singkat, artikel tersebut mengungkapkan tentang peluncuran QRIS yang mengusung semangat ‘UNGGUL’ itu memang sejalan dengan empat prinsip utama pembayaran digital ala milenial. Semangat ‘UNGGUL’ yang diusung Bank Indonesia tersebut juga sangat bermanfaat untuk mendorong efisiensi transaksi non tunai yang semakin digemari oleh masyarakat, khususnya generasi milenial.

Awalnya, saya tidak menduga jika artikel 1.025 kata ini akan mengantarkan saya menjadi 35 finalis dan mengikuti BI Netifest 2020 di Jakarta. Pasalnya, artikel tersebut memang saya tulis dalam waktu yang relatif singkat. Hanya beberapa hari saja. Namun, saya meyakini bahwa setiap tulisan itu memiliki takdirnya masing-masing. Dan takdir baik itulah yang ada pada artikel tersebut hingga akhirnya mengantarkan saya untuk mengikuti acara BI Netifest 2020 di Jakarta.

Gagal Menyelesaikan Sebuah Tantangan

Rabu malam selepas maghrib, saya tiba di hotel Aryaduta Jakarta, tempat BI Netifest 2020 digelar. Setelah check-in, saya segera masuk kamar. Jatah kamar saya ada di lantai 6 nomor 605. Setelah menjamak qashar sholat Maghrib dan Isya, saya keluar sebentar untuk mengisi perut yang sudah keroncongan sejak siang. Selepas itu, saya kembali ke kamar dan tidur bersama seorang temen baru finalis kategori video 1 menit dari Pekanbaru. Tentu saja, ranjangnya sendiri-sendiri ya! Hehehe..

Keesokan harinya, selepas sarapan, BI Netifest 2020 secara resmi dibuka. Acaranya lumayan padat. Diawali dengan sambutan dari pimpinan Departeman Komunikasi BI, kemudian dilanjutkan dengan materi tentang kebanksentralan dan QRIS, serta materi jurnalistik dari Metro TV. Bagi saya, materi-materi tersebut cukup menarik dan sangat menambah wawasan.


Ba’da zuhur, acara dilanjutkan dengan materi per kategori. Peserta dibagi dalam kelas-kelas. Saya dan temen-temen blogger mendapat materi tentang kepenulisan yang disampaikan oleh Mas Nurullah. COO Kompasiana tersebut berbagi kepada kami banyak hal tentang bagaimana cara membuat tulisan yang powerfull sehingga menarik untuk dibaca. Di akhir sesi, Mas Nurul juga sempat memberikan tantangan kepada peserta untuk menulis dengan tema “Catatan Perjalanan Menuju #GenerasiDigitalBankIndonesia”.


Sayangnya, karena keterbatasan waktu dan perangkat (ini cuma alasan saja sih, hihihi...), saya gagal menyelesaikan tantangannya. Sebenarnya, setelah selesai acara malam keakraban—sekitar jam 22.00 WIB—saya mencoba menulis menggunakan smartphone. Cuma dapat tiga paragraf, sebelum akhirnya ketiduran dan tidak sempat menyelesaikannya.

Apesnya, di hari kedua saat sesi pembahasan hasil workshop saya mendapat giliran untuk menyampaikan kesulitan-kesulitan yang saya hadapi saat menyelesaikan tantangan menulis. Lha wong saya tidak mampu menyelesaikan tulisan, saya pun terus terang mengatakan, bahwa saya tidak menulis. Agak malu juga. Tapi ya mau gimana lagi, katanya kejujuran lebih baik daripada kepura-puraan, ya kan?


So, apresiasi yang setinggi-tinginya buat temen-temen yang sukses menyelesaikan tantangan. Apalagi, yang tulisannya terpilih sebagai 7 tulisan terbaik. Kalian hebat!

Jelajah Museum BI hingga Bernostalgia Bersama Sheilla On7

Usai sholat Jumat, seluruh peserta BI Netifest diajak untuk jelajah Museum Bank Indonesia yang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta. Konon, Museum BI ini dahulu merupakan gedung De Javasche Bank yang dibangun pertama kali  pada tahun 1828.


Seiring berjalannya waktu, gedung ini kemudian dijadikan gedung Bank Indonesia hingga tahun 1962 sebelum Bank Indonesia pindah ke gedung baru yang ada di Thamrin, Jakarta Pusat. Setelah kosong sekian lama, akhirnya gedung ini dibuka kembali untuk umum sebagai Museum Bank Indonesia pada tanggal 15 Desember 2006.


Jika dilihat dari luar, bangunan gedung Museum BI ini terlihat sangat besar. Gaya arsitekturnya juga sangat cantik, khas bangunan Belanda. Koleksinya sangat banyak, meliputi mata uang numismatik dari abad keempat belas hingga berbagai benda bersejarah dari masa kerajaan-kerajaan.


Sayang, karena terbatasnya waktu saya hanya mengabadikannya dalam foto-foto tanpa sempat mempelajari berbagai koleksinya secara detail. Mudah-mudahan di lain waktu ada kesempatan lagi untuk mengeksplore berbagai koleksi yang begitu berharga ini.


Sekitar jam 20.00 WIB, acara puncak BI Netifest 2020 pun dimulai. Acaranya yang dipandu oleh Omesh dan Widya Saputra ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan dari jajaran petinggi Bank Indonesia. Di tengah acara puncak ini, ada sesi talkshow bersama para Juri, yaitu Riri Riza, Wahyu Aditya, Kevin Hendrawan, dan Alit Susanto.


Selesai talkshow, sesaat kemudian dilanjutkan dengan acara penghargaan kepada para pemenang kompetisi Video dan Blog Competition. Meski tak begitu berharap menang, saya cukup deg-degan juga. Terlebih, ketika muncul nama saya di antara empat nominasi pemenang lomba kategori blog, detak jantung saya seketika terasa semakin kencang. Dan, alhamdulillaah, tak dinyana-nyana, tulisan saya keluar sebagai Juara 1 Blog Competition Bank Indonesia 2019!


Hingga saat menulis artikel ini, sejujurnya saya masih bingung juga. Pasalnya, menurut saya pribadi, tulisan yang saya ikut sertakan dalam lomba blog BI itu biasa-biasa saja. Saya hanya menerapkan beberapa tips menang lomba blog yang saya fahami, serta berusaha menulis semaksimal mungkin sebagaimana saat saya mengikuti lomba blog lainnya. Bagi saya, lomba blog itu perpaduan antara selera juri dan rejeki. 


Usai pemberian penghargaan kepada para pemenang, acara puncak BI Netifest 2020 ditutup dengan perfomance dari Bintang Emon, Komika Juara 1 Suca 3, serta penampilan spesial dari Sheila On7. Grup band asal Yogya itu mengajak semua yang hadir untuk bernostalgia dengan beberapa lagu andalannya. Nyaris, seluruh peserta pun hanyut dalam alunan lagu-lagu yang pernah populer di awal tahun 2000-an. Keesokan harinya, saya pun pulang ke Yogyakarta dengan membawa sejuta kesan.


Seru dan tak terlupakan, begitulah dua di antara sejuta kesan saya selama mengikuti seluruh rangkaian kegiatan BI Netifest 2020. Sampai jumpa di BI Netifest tahun depan ya. Teman-teman! Semoga ada kesempatan untuk berjumpa lagi.

Salam hangat dari Blogger yang gagal menyelesaikan tantangannya Mas Nurulloh, COO Kompasiana!



6 Tanggapan untuk "BI Netifest 2020: Seru dan Tak Terlupakan"

  1. Waduh, makasih banyak Mas, ada blog saya. Gagal di tantangan Mas Nurulloh, tapi berhasil jadi pemenang utama yak, hahaha...

    Seru banget, bisa ketemu blogger-blogger kece dan dapat banyak insight baru...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mas, jarang-jarang ada moment ketemu blogger-blogger keceh, termasuk Mas Hendra tentunya. Semoga bisa bersua lagi, Mas.

      Delete
  2. paling saya ingat pas bagian kang masroer ini di kelas nggak sempet upload tugas 😁😁 nular nular nular sering juara blognyaaa 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah, bingung juga waktu itu, Mbak. Mau maju bicara macem-macem, nanti ujung-ujungnya ngaku nggak nulis kok gak enak aku.. hehehe

      Delete
  3. Komenku sama kayak Mbak Marfa, inget Kang Masroer jujuuur banget ngaku engga bikin tugas kwkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha.. begitulah, Mbak.. Jadi malu aku tuh.. Semoga ketemu lagi, Mbak..

      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel